Sabtu, 24 Agustus 2013

Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Sebagai Strategi Peningkatan Produksi Pangan dalam Negeri



Seiring dengan berkembangnya jaman dan melihat tren peningkatan jumlah penduduk Indonesia, luas lahan efektif untuk kegiatan pertanian kian menyusut. Lahan-lahan pertanian yang ada kini mulai banyak disulap menjadi daerah permukiman hingga tempat berdirinya gedung-gedung beton yang menjulang tinggi. Hal ini tentunya akan menjadi dilema bagi kita semua karena di satu sisi Indonesia harus menyediakan tempat tinggal yang layak bagi penduduknya sementara disisi lain Indonesia akan terancam tidak mampu memberi makan penduduknya karena hasil pertaniannya tidak mampu mencukupi kebutuhan bangsanya sendiri. Semoga ironi seperti ini tidak sampai terjadi karena kita tahu bahwa ketahanan pangan atau kemandirian pangan adalah bagian dari strategi pertahanan suatu negara. Selama ini kita terlena akan sanjungan Indonesia sebagai negara agraris, namun nyatanya impor hasil pertanian kita lebih besar daripada yang kita ekpor ke luar negeri. Kesenjangan inilah yang harus kita benahi agar kita mampu membangun kemandirian pangan sesegera mungkin.
Jamur konsumsi yang dikategorikan sebagai jenis sayuran merupakan potensi plasma nuftah yang dimiliki Indonesia namun belum tereksplorasi dengan maksimal. Jamur edible yang tidak hanya dapat dikonsumsi langsung tetapi juga dapat didiversifikasi menjadi jamur awetan hingga bahan campuran kosmetik dan obat-obatan. Dengan teknologi rekayasa lingkungan dengan biaya yang tidak terlalu besar, organisme non klorofil ini dapat dikembangkan secara massal. Saat ini budidaya jamur lebih dominan jumlahnya di pulau jawa dibanding dengan di pulau lain namun bukan berarti di pulau lain di Indonesia ini tidak memiliki peluang yang lebih baik.
Untuk tumbuh dan berkembang, jamur membutuhkan kondisi yang demikian:

Tempat
Budidaya jamur untuk komersil lebih baik dilakukan di dalam ruangan karena memudahkan kita untuk memanipulasi lingkungan. Bayangkan saja jika kita bisa mengembangkan hal ini lahan basah rawa bergambut. Artinya kita bisa memanfaatkan lahan gambut untuk pertanian dengan efektif tanpa harus mengeksploitasi gambut yang ada. Untuk daerah yang sering dilanda banjir pun jamur masih dapat dikembangkan karena budidaya jamur dilakukan di rak-rak yang cukup tinggi dan lebih aman dari banjir. Budidaya jamur di lahan marginal pun tetap bisa dilakukan.

Suhu & Kelembaban
Bagi jamur, suhu dingin dan kelembaban yang tinggi adalah yang paling ditunggu-tunggu. Batas toleransi minimalnya tergantung dari jenis jamur yang ditanam. Untuk jamur tiram putih sudah diuji masih tumbuh baik pada tingkat kelembaban 70% di Pontianak, Kalimantan Barat.  Kondisi iklim Khatulistiwa yang cukup panas masih memiliki keunggulan yaitu meratanya hujan sepanjang tahun. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan air bersih untuk perawatan jamur. Untuk budidaya di daerah panas seperti di Pontianak dan sekitarnya, penyiraman harus sering dilakukan untuk menjaga kelembaban dan suhu. Selain itu bisa dibantu dengan desain kumbung dengan sirkulasi udara yang baik.

Media
Media jamur pun kini bervariasi. Sebagian besar bahannya justru menggunakan limbah pertanian maupun industri mebel. Bahan yang biasanya digunakan sebagai media jamur antara lain jerami, bekatul, serbuk kayu gergaji, ampas tebu, dll. Kita bahkan dapat menemukan beberapa jenis dari bahan-bahan ini di hampir semua daerah di Indonesia.

Cahaya
Sebagai organisme non klorofil, jamur tidak memerlukan cahaya untuk berfotosintesis. Jamur diketahui bersifat sebagai saprofit. Selama inkubasi media, akan lebih baik jika dilakukan dalam kondisi gelap. Sedangkan dalam masa pertumbuhan tubuh buah, jamur tertentu membutuhkan sedikit biasan cahaya untuk meransang keluarnya pinhead (bakal tubuh buah jamur).

Pupuk & Pestisida
Budidaya jamur sangat memungkinkan untuk dilakukan secara organik. 100% tanpa pupuk sintetik dan 100% tanpa pestisida. Jika ada pun penggunaan pupuk relatif tidak begitu banyak jumlahnya.

Dengan sentuhan teknologi yang semakin berkembang saya yakin bahwa jamur dapat menjadi bagian komoditas andalan bangsa dalam menciptakan ketahanan pangan sekaligus peningkatan daya saing bangsa. [dilo]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar