Seiring dengan berkembangnya
jaman dan melihat tren peningkatan jumlah penduduk Indonesia, luas lahan
efektif untuk kegiatan pertanian kian menyusut. Lahan-lahan pertanian yang ada
kini mulai banyak disulap menjadi daerah permukiman hingga tempat berdirinya
gedung-gedung beton yang menjulang tinggi. Hal ini tentunya akan menjadi dilema
bagi kita semua karena di satu sisi Indonesia harus menyediakan tempat tinggal
yang layak bagi penduduknya sementara disisi lain Indonesia akan terancam tidak
mampu memberi makan penduduknya karena hasil pertaniannya tidak mampu mencukupi
kebutuhan bangsanya sendiri. Semoga ironi seperti ini tidak sampai terjadi
karena kita tahu bahwa ketahanan pangan atau kemandirian pangan adalah bagian
dari strategi pertahanan suatu negara. Selama ini kita terlena akan sanjungan
Indonesia sebagai negara agraris, namun nyatanya impor hasil pertanian kita
lebih besar daripada yang kita ekpor ke luar negeri. Kesenjangan inilah yang
harus kita benahi agar kita mampu membangun kemandirian pangan sesegera
mungkin.
Jamur konsumsi yang dikategorikan
sebagai jenis sayuran merupakan potensi plasma nuftah yang dimiliki Indonesia
namun belum tereksplorasi dengan maksimal. Jamur edible yang tidak hanya dapat
dikonsumsi langsung tetapi juga dapat didiversifikasi menjadi jamur awetan
hingga bahan campuran kosmetik dan obat-obatan. Dengan teknologi rekayasa
lingkungan dengan biaya yang tidak terlalu besar, organisme non klorofil ini
dapat dikembangkan secara massal. Saat ini budidaya jamur lebih dominan
jumlahnya di pulau jawa dibanding dengan di pulau lain namun bukan berarti di pulau
lain di Indonesia ini tidak memiliki peluang yang lebih baik.
Untuk tumbuh dan berkembang,
jamur membutuhkan kondisi yang demikian:
Tempat
Budidaya jamur untuk komersil lebih baik dilakukan
di dalam ruangan karena memudahkan kita untuk memanipulasi lingkungan.
Bayangkan saja jika kita bisa mengembangkan hal ini lahan basah rawa bergambut.
Artinya kita bisa memanfaatkan lahan gambut untuk pertanian dengan efektif
tanpa harus mengeksploitasi gambut yang ada. Untuk daerah yang sering dilanda
banjir pun jamur masih dapat dikembangkan karena budidaya jamur dilakukan di
rak-rak yang cukup tinggi dan lebih aman dari banjir. Budidaya jamur di lahan
marginal pun tetap bisa dilakukan.
Suhu &
Kelembaban
Bagi jamur, suhu dingin dan kelembaban yang tinggi
adalah yang paling ditunggu-tunggu. Batas toleransi minimalnya tergantung dari
jenis jamur yang ditanam. Untuk jamur tiram putih sudah diuji masih tumbuh baik
pada tingkat kelembaban 70% di Pontianak, Kalimantan Barat. Kondisi iklim Khatulistiwa yang cukup panas
masih memiliki keunggulan yaitu meratanya hujan sepanjang tahun. Hal ini
berkaitan dengan ketersediaan air bersih untuk perawatan jamur. Untuk budidaya
di daerah panas seperti di Pontianak dan sekitarnya, penyiraman harus sering
dilakukan untuk menjaga kelembaban dan suhu. Selain itu bisa dibantu dengan
desain kumbung dengan sirkulasi udara yang baik.
Media
Media jamur pun kini bervariasi. Sebagian besar
bahannya justru menggunakan limbah pertanian maupun industri mebel. Bahan yang
biasanya digunakan sebagai media jamur antara lain jerami, bekatul, serbuk kayu
gergaji, ampas tebu, dll. Kita bahkan dapat menemukan beberapa jenis dari
bahan-bahan ini di hampir semua daerah di Indonesia.
Cahaya
Sebagai organisme non klorofil, jamur tidak
memerlukan cahaya untuk berfotosintesis. Jamur diketahui bersifat sebagai
saprofit. Selama inkubasi media, akan lebih baik jika dilakukan dalam kondisi
gelap. Sedangkan dalam masa pertumbuhan tubuh buah, jamur tertentu membutuhkan
sedikit biasan cahaya untuk meransang keluarnya pinhead (bakal tubuh buah
jamur).
Pupuk &
Pestisida
Budidaya jamur sangat memungkinkan untuk dilakukan
secara organik. 100% tanpa pupuk sintetik dan 100% tanpa pestisida. Jika ada
pun penggunaan pupuk relatif tidak begitu banyak jumlahnya.
Dengan sentuhan teknologi yang
semakin berkembang saya yakin bahwa jamur dapat menjadi bagian komoditas
andalan bangsa dalam menciptakan ketahanan pangan sekaligus peningkatan daya
saing bangsa. [dilo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar