Senin, 09 Desember 2013

Tips Mudah Budidaya Jamur Tiram dengan Keterbatasan Alat dan Tenaga Kerja



Sebelum memutuskan melakukan budidaya Jamur Tiram tentunya kita harus memikirkan mengenai sarana prasarana produksi yang bisa mendukung kegiatan tersebut. Mulai dari persiapan ruang gudang penyimpanan bahan baku, ruang produksi baglog, ruang inokulasi dan inkubasi, dan alat sterilisasi baglog yang harganya relatif cukup mahal. Bagi pengusaha pemula yang baru ingin mencoba-coba menggeluti budidaya jamur dengan modal yang terbatas tentunya hal ini menjadi momok untuk mulai melangkah lebih jauh karena pertimbangan akan peluang keberhasilan usaha dengan modal besar yang telah diinvestasikan. Namun jangan berkecil hati meskipun kita tidak memiliki fasilitas kerja dan tenaga kerja yang memadai, karena kita tetap bisa melakukan budidaya jamur tiram dengan sistem beli baglog saja. Dengan sistem ini, kita hanya membutuhkan fasilitas kumbung (rumah jamur) dengan rak-raknya saja. Selain itu, aktivitas perawatan baglog seperti penyiraman baglog dan kegiatan panen bisa dilakukan seorang diri untuk skala kecil hingga sedang. Melalui sistem beli baglog, maka kita bisa memangkas biaya investasi alat yang nilainya cukup besar.
Baglog yang dibeli merupakan baglog yang sudah disterilisasi dan diinokulasi dengan bibit jamur tiram tentunya . Umumnya baglog yang dijual adalah baglog yang sudah seratus persen (100% ) ditumbuhi miselia jamur tiram namun ada pula yang menjual baglog pada beberapa tingkat pertumbuhan (50%, 70%,80%,90%, dsb). Untuk baglog dengan pertumbuhan miselia belum mencapai 100% biasanya dijual dengan harga lebih murah tergantung tingkat pertumbuhannya. Hal ini berkaitan dengan waktu tunggu panen yang lebih lama hingga resiko kontaminasi baglog yang lebih besar. Variasi harga baglog jamur di Pontianak berkisar antara 6.000 hingga 7.000 (ambil di tempat).

Berdasarkan pengalaman yang saya lakukan, 1 baglog berukuran 1 kg media (Lihat artikel Komposisi media) secara ekonomis mampu menghasilkan sekitar 250 g  hingga 300 g jamur tiram segar. Jumlah tersebut merupakan akumulasi hasil panen baglog yang sama selama 1 bulan periode produksi produktif. Satu baglog dapat dipanen hingga 4 sampai 5 kali dengan jarak kira-kira 7-10 hari. Setelah itu, produksi jamur tiram dari baglog tersebut kurang bernilai ekonomis karena memiliki bobot yang relatif jauh lebih kecil dari panen pertama dan rentang waktu yang semakin panjang hingga akhirnya baglog tersebut tidak dapat berproduksi lagi / afkir.
Oleh karena itu, kita harus jeli untuk melihat peluang ini. Pastikan kita memahami betul segala resiko dan peluang yang kita ambil dari konsep ini untuk bisa sukses melakukan budidaya jamur tiram. Dan pada akhirnya jika kita yakin untuk menggeluti bidang ini secara lebih serius, maka kita juga harus mulai memikirkan untuk mempersiapkan sarana dan prasarana kerja secara memadai terutama kemampuan untuk memproduksi baglog sendiri sebagai ujung tombak keberhasilan usaha budidaya jamur [dilo].

1 komentar:

  1. boleh sharekan lagi kira kira tutorial cara budidaya jamur tiram dari tahap awal sampai panen

    BalasHapus